Selama
ini tempat wisata terkenal yang sering kita dengar adalah Grand Canyon. Grand Canyon
berupa tebing batu cadas yang terbentuk oleh aliran air sungai selama ratusan
tahun dan terdapat di negara bagian Arizona Amerika Serikat. Sedangkan Green Canyon
merupakan wisata menikmati kejernihan air yang mengalir diantara bebatuan alami
dan terletak di kecamatan Cijulang, Pangandaran, Jawa Barat. Kalau di Grand
Canyon yang terlihat adalah pemandangan gersang dan panas, tapi di Green Canyon
yang terlihat adalah pemandangan hijau dan sejuk. Aslinya objek wisata tersebut
bernama cukang taneuh yang artinya jembatan tanah. Nama Green Canyon sendiri dipopulerkan
oleh orang Perancis pada tahun 1993.
Untuk
mencapai Green Canyon atau cukang taneuh diperlukan waktu 9 jam perjalanan
dengan menggunakan mobil dari Jakarta dengan melalui Ciamis, Banjar dan
Pangandaran. Kalau kantong cukup tebal kita bisa menggunakan pesawat Susi Air
dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta. Perjalanan dengan pesawat Cessna
Grand Caravan tersebut hanya membutuhkan waktu 1 jam saja dan ongkosnya sekitar
Rp.900.000 per orang. Dari ujung landasan lapangan terbang Nusawiru Pangandaran
ke Green Canyon hanya berjarak 3 Km saja.
![]() |
Letak Green Canyon dalam peta (Location of Green Canyon on map) |
Sebaiknya
melakukan wisata ke Green Canyon pada musim kemarau karena airnya lebih jernih
dibandingkan pada saat musim hujan yang airnya agak keruh. Perjalanan menikmati
Green Canyon dimulai dengan naik perahu bermotor dari dermaga Ciseureuh yang
hanya boleh diisi 6 orang penumpang dengan tarif Rp.150.000 per perahu. Awalnya
pemandangan di sepanjang sungai biasa saja. Tumbuhan maupun semak-semak tumbuh
subur di pinggiran sungai. Semakin kita mendekati tujuan kita seakan dibawa ke
dunia yang lain. Di kiri kanan tampak tebing batu berwarna hitam ditumbuhi
lumut dengan airnya berwarna hijau bening. Makin jauh perahu berjalan,
sungainya makin menyempit sampai-sampai perahu harus bergantian antara yang
pergi dan yang pulang untuk berjalan melewati tikungan dengan seorang pengatur
lalu lintas perahu yang berdiri di atas batu.
![]() |
Menuju Green Canyon dengan menaiki perahu (Towards Green Canyon by boat) |
Setelah
setengah jam naik perahu, sampailah kita di pintu masuk Green Canyon. Perahu
mengantarkan dan menunggu penumpang sampai pintu masuk yang tertutup batu dan
hanya sedikit menyisakan aliran air tersebut. Keramaian justru ada di tempat
masuk tersebut. Ada yang berfoto selfie dan ada juga yang bersiap melanjutkan
perjalanan dengan pelampung menuju ke Pemandian putri yang konon barang siapa
yang mandi di tempat tersebut bisa menjadi awet muda. Kebanyakan yang
melanjutkan perjalanan adalah anak-anak muda yang sedang outbound dengan kelompoknya
masing-masing. Banyak turis mancanegara yang datang ke tempat wisata tersebut
dikarenakan pesona keindahan gua alami dengan stalaktit dan stalakmitnya serta
aliran sungai jernih di bawahnya yang susah dicari tandingannya.
![]() |
Aliran sungai menyempit memasuki Green Canyon (The flow of the river narrows entering the Green Canyon) |
Satu-satunya
cara menuju ke pemandian putri adalah dengan berenang di sungai dengan
kedalaman 3 sampai 5 meter. Pada awalnya penulis agak ragu juga karena tidak
bisa berenang. Tapi kalau cuma sampai di dermaga Green Canyon saja percuma
datang jauh-jauh dari Jakarta. Akhirnya timbul keberanian penulis setelah
memakai pelampung dan berpegangan di tali tambang untuk melewati tempat yang
aliran airnya cukup deras. Tiap beberapa meter berenang kita berhenti di
bebatuan yang ada di tengah ataupun di pinggir sungai untuk beristirahat.
Terlihat turis bule yang berbikini tanpa menggunakan pelampung dengan cueknya
berenang dan beberapa kali diselingi dengan melompat ke air dari bebatuan
besar.
Di
Green Canyon ada sebuah batu besar yang tingginya 6 meter dan dipakai sebagai
tempat untuk uji nyali terjun dari puncak batu tersebut masuk ke dalam air. Di
tempat tersebut terlihat kemeriahan berupa tepuk tangan dan teriakan
penyemangat agar temannya berani terjun ke air. Suasana Green Canyon cukup
terang dikarenakan cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah bebatuan di
atasnya. Percikan air yang turun dari atas tebing memberikan suasana syahdu
laksana sedang turun hujan gerimis. Suasana sangat lembab, dingin dan basah. Kalau
kita ibaratkan, Green Canyon tersebut adalah sungai di dalam gua di mana atap
guanya sebagian sudah runtuh.
Karena
capek berenang melawan arus, penulis tidak sampai ke pemandian Putri. Tibalah
saatnya untuk kembali ke perahu dengan cara body
rafting, yaitu cukup memanfaatkan air yang mengalir dengan badan terlentang.
Masing-masing orang berselonjor dengan peserta yang di depan memegang kaki
peserta yang di belakang. Kalau pada saat naik tadi berjuang melawan arus, pas
turunnya harus berjuang agar tidak terbawa arus terutama saat mendekati dermaga
Green Canyon. Beberapa kali penulis hampir terseret arus yang cukup deras dan
dengan sekuat tenaga akhirnya sampai juga di dermaga Green Canyon.
![]() |
Berenang di jernihnya air Green Canyon (Swimming in the crystal clear waters of Green Canyon) |
Sebelum
kita mandi dan berganti baju, tidak lupa masing-masing orang memberikan tips
sebesar Rp.50.000 kepada pemandu wisata (tour
guide). Anehnya waktu mandi airnya agak lengket dan terasa asin tidak
seperti di Green Canyon karena memang dermaga Ciseureuh tersebut letaknya tidak
jauh dari pantai pangandaran. Dari Green Canyon kita menuju ke pantai Batu Karas
yang jaraknya sekitar 5 Km untuk menikmati pemandangan pantai yang Indah. Di
sekitar pantai terdapat banyak hotel untuk tempat menginap pengunjung pantai Batu
Karas maupun pengunjung Green Canyon.
Di
pantai Batu Karas tampak beberapa turis asing sedang asik berjemur di sinar
mata hari maupun bermain selancar (surfing).
Tak ketinggalan perahu pisang (banana
boat) tersedia juga di pantai Batu Karas. Pantai selatan yang berombak
besar memang sangat cocok untuk bermain selancar. Tempat penyewaan papan
surfing maupun penyewaan tikar banyak terdapat di pinggiran pantai Batu Karas. Sembari
menikmati panorama pantai kita bisa memesan makanan di warung yang banyak
terdapat di pinggiran pantai. Sebelum kembali ke Jakarta jangan lupa membeli
souvenir khas Pantai Pangandaran sebagai kenang-kenangan pernah mengunjungi
tempat tersebut.
![]() |
Di bawah gerimis air diterangi cahaya matahari yang masuk (Under drizzling enlightened by sunlight from the top) |
_______________________________________________________________
GREEN CANYON PANGANDARAN
The famous tourist
attractions that we often hear is the Grand Canyon. Grand Canyon is a canyon formed by river flow for hundreds of
years and located in the state of
Arizona, United States of
America. While the Green Canyon is a tour to enjoy the clarity
of the water that flows between the natural stone and is located in the
district Cijulang, Pangandaran, West Java, Indonesia. If in the Grand Canyon there is a view of an arid
and hot, but in the Green Canyon the view is cool and green scenery. The original attraction
called Cukang Taneuh which means the land bridge. Green Canyon name was popularized by a man from France in 1993.
It will take 9 hours to reach Green Canyon or
Cukang Taneuh by car from Jakarta via Ciamis, Banjar and Pangandaran. If we have enough money, we could fly by Susi Air from Halim
Perdana Kusuma Airport
Jakarta. The trip with Cessna
Grand Caravan aircraft operated
by Susi Air only takes 1 hour and the cost around Rp.900.000
(64 US$) per person. From the end of the runway airfield Nusawiru
Pangandaran, Green Canyon is
just 3 Km away.
It is recommended to go to Green Canyon during the dry
season because the water is clearer than during the rainy season where the water is
somewhat turbid. Enjoying Green Canyon trip
begins with riding a motor
boat from the dock of Ciseureuh with a rate Rp.150.000 per boat. The boat can only be filled by 6 passengers. Initially the sights along
the river is not
special. Plants and bushes thrive on the riverside. The more we
approach our destination, it seemed to be
taken to another world. On the left and right view seen mossy black crag with clear green water underneath. The further
the boat goes, the river narrowed to the point that the boat should alternate
between the go and the return to pass through the corner with
a boat traffic controller standing on a rock.
After a half hour riding a boat, we arrived at the
entrance of Green Canyon. The boat deliver
passenger at that point where the route blocked
by rock, leaving only little space for the water to flow. Crowd, however, lies in the entrance
area. There were photographed selfie and some are prepared to continue the
journey with a float toward Pemandian
Putri (Bathing
place of Princess) who is said
whoever bath in that place can be ageless. Most who went on the trip was the
young people who were outbound with each group. Many foreign tourists who come
into the tourist spot because of the charm and the beauty of the natural cave with stalactites and stalagmites with clear crystal rivers flow beneath it is difficult to be beaten.
The only way to
go to Pemandian Putri (Bathing Place of
Princess) is swimming in the river
with a depth of 3 to 5 meters. At first, the writer somewhat
hesitant because he can not swim.
But if just arrived at the dock of Green Canyon will be useless to come far away from
Jakarta. Finally the courage
of writer arise after wearing life jacket and holding on a rope to
pass through a heavy stream of water.
Every few meters we stop to swim to take a rest in the rocks on the middle or on the edge of the river. Western tourist
appeared in a bikini
without using life jacket
indifferently swimming and several times interrupted by jumping into
the water from a big rock.
In Green Canyon
there is a very big rock with height of 6
meters and is used as a place to test the courage to plunge from the top of the rock into the water. The
place looks festive in the form of applause and shouts of encouragement so their friends are not
fear to plunge into the water. Atmosphere of Green Canyon fairly bright due to the
sunlight coming in through the cracks of the rocks on the roof. Splash water
coming down from the top of the cliff gives serene atmosphere like falling drizzle. The atmosphere is very humid, cold and
wet. If we assume, Green Canyon
is a river in the cave where the roof partially collapse.
Because of tired to swim against the
stream, the writer does not reach to the Pemandian Putri (Bathing Place of princess). It's time to
get back to the boat by body rafting, which means floating by using river flows with the supine body. Each legs of participant stretched forward and front participant
holds the legs of back participant. If on the way
up was struggling against the stream, on the way back struggling not to be swept away, especially when approaching the dock of Green Canyon.
Several times the writer almost swept away but with energetically finally the writer arrived at the
dock of Green Canyon.
Before we take a bath and change
clothes, do not forget to give tips Rp.50.000 each person to the
tour guide. Oddly, when
we shower the water is
little bit sticky and salty unlike in Green Canyon because the Ciseureuh dock is not far from the Pangandaran Beach. From Green Canyon we
headed to the beach of Batu Karas located about 4 Km to enjoy the beautiful
coastal scenery. Around the beach there are plenty of places to stay for
visitors beach of Batu Karas and visitors of Green Canyon.
On the beach of
Batu Karas appeared several foreign tourists sunbathing and surfing. The banana boat is also available at the
beach of Batu Karas. South
Beach of Java with high wave is very suitable for surfing. The surf board
rental and leasing mat is widely available on the seaside Batu Karas. While
enjoying the panoramic view of the beach we could order food in the stalls in the seaside.
Before returning to Jakarta do not forget to buy some souvenirs from Pangandaran as a remembrance if we ever visit the place.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar