Selasa, 01 September 2015

GREEN CANYON PANGANDARAN


Selama ini tempat wisata terkenal yang sering kita dengar adalah Grand Canyon. Grand Canyon berupa tebing batu cadas yang terbentuk oleh aliran air sungai selama ratusan tahun dan terdapat di negara bagian Arizona Amerika Serikat. Sedangkan Green Canyon merupakan wisata menikmati kejernihan air yang mengalir diantara bebatuan alami dan terletak di kecamatan Cijulang, Pangandaran, Jawa Barat. Kalau di Grand Canyon yang terlihat adalah pemandangan gersang dan panas, tapi di Green Canyon yang terlihat adalah pemandangan hijau dan sejuk. Aslinya objek wisata tersebut bernama cukang taneuh yang artinya jembatan tanah. Nama Green Canyon sendiri dipopulerkan oleh orang Perancis pada tahun 1993.

Letak Green Canyon dalam peta (Location of Green Canyon on map)
               
Untuk mencapai Green Canyon atau cukang taneuh diperlukan waktu 9 jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari Jakarta dengan melalui Ciamis, Banjar dan Pangandaran. Kalau kantong cukup tebal kita bisa menggunakan pesawat Susi Air dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta. Perjalanan dengan pesawat Cessna Grand Caravan tersebut hanya membutuhkan waktu 1 jam saja dan ongkosnya sekitar Rp.900.000 per orang. Dari ujung landasan lapangan terbang Nusawiru Pangandaran ke Green Canyon hanya berjarak 3 Km saja.

Menuju Green Canyon dengan menaiki perahu (Towards Green Canyon by boat)
              
Sebaiknya melakukan wisata ke Green Canyon pada musim kemarau karena airnya lebih jernih dibandingkan pada saat musim hujan yang airnya agak keruh. Perjalanan menikmati Green Canyon dimulai dengan naik perahu bermotor dari dermaga Ciseureuh yang hanya boleh diisi 6 orang penumpang dengan tarif Rp.150.000 per perahu. Awalnya pemandangan di sepanjang sungai biasa saja. Tumbuhan maupun semak-semak tumbuh subur di pinggiran sungai. Semakin kita mendekati tujuan kita seakan dibawa ke dunia yang lain. Di kiri kanan tampak tebing batu berwarna hitam ditumbuhi lumut dengan airnya berwarna hijau bening. Makin jauh perahu berjalan, sungainya makin menyempit sampai-sampai perahu harus bergantian antara yang pergi dan yang pulang untuk berjalan melewati tikungan dengan seorang pengatur lalu lintas perahu yang berdiri di atas batu.

Aliran sungai menyempit memasuki Green Canyon (The flow of the river narrows entering the Green Canyon)
              
Setelah setengah jam naik perahu, sampailah kita di pintu masuk Green Canyon. Perahu mengantarkan dan menunggu penumpang sampai pintu masuk yang tertutup batu dan hanya sedikit menyisakan aliran air tersebut. Keramaian justru ada di tempat masuk tersebut. Ada yang berfoto selfie dan ada juga yang bersiap melanjutkan perjalanan dengan pelampung menuju ke Pemandian putri yang konon barang siapa yang mandi di tempat tersebut bisa menjadi awet muda. Kebanyakan yang melanjutkan perjalanan adalah anak-anak muda yang sedang outbound dengan kelompoknya masing-masing. Banyak turis mancanegara yang datang ke tempat wisata tersebut dikarenakan pesona keindahan gua alami dengan stalaktit dan stalakmitnya serta aliran sungai jernih di bawahnya yang susah dicari tandingannya.

Keramaian di pintu gerbang Green Canyon (Crowds at the gate of Green Canyon)
              
Satu-satunya cara menuju ke pemandian putri adalah dengan berenang di sungai dengan kedalaman 3 sampai 5 meter. Pada awalnya penulis agak ragu juga karena tidak bisa berenang. Tapi kalau cuma sampai di dermaga Green Canyon saja percuma datang jauh-jauh dari Jakarta. Akhirnya timbul keberanian penulis setelah memakai pelampung dan berpegangan di tali tambang untuk melewati tempat yang aliran airnya cukup deras. Tiap beberapa meter berenang kita berhenti di bebatuan yang ada di tengah ataupun di pinggir sungai untuk beristirahat. Terlihat turis bule yang berbikini tanpa menggunakan pelampung dengan cueknya berenang dan beberapa kali diselingi dengan melompat ke air dari bebatuan besar.

Di Green Canyon ada sebuah batu besar yang tingginya 6 meter dan dipakai sebagai tempat untuk uji nyali terjun dari puncak batu tersebut masuk ke dalam air. Di tempat tersebut terlihat kemeriahan berupa tepuk tangan dan teriakan penyemangat agar temannya berani terjun ke air. Suasana Green Canyon cukup terang dikarenakan cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah bebatuan di atasnya. Percikan air yang turun dari atas tebing memberikan suasana syahdu laksana sedang turun hujan gerimis. Suasana sangat lembab, dingin dan basah. Kalau kita ibaratkan, Green Canyon tersebut adalah sungai di dalam gua di mana atap guanya sebagian sudah runtuh.
Berenang di jernihnya air Green Canyon (Swimming in the crystal clear waters of Green Canyon)
              
Karena capek berenang melawan arus, penulis tidak sampai ke pemandian Putri. Tibalah saatnya untuk kembali ke perahu dengan cara body rafting, yaitu cukup memanfaatkan air yang mengalir dengan badan terlentang. Masing-masing orang berselonjor dengan peserta yang di depan memegang kaki peserta yang di belakang. Kalau pada saat naik tadi berjuang melawan arus, pas turunnya harus berjuang agar tidak terbawa arus terutama saat mendekati dermaga Green Canyon. Beberapa kali penulis hampir terseret arus yang cukup deras dan dengan sekuat tenaga akhirnya sampai juga di dermaga Green Canyon.

Sebelum kita mandi dan berganti baju, tidak lupa masing-masing orang memberikan tips sebesar Rp.50.000 kepada pemandu wisata (tour guide). Anehnya waktu mandi airnya agak lengket dan terasa asin tidak seperti di Green Canyon karena memang dermaga Ciseureuh tersebut letaknya tidak jauh dari pantai pangandaran. Dari Green Canyon kita menuju ke pantai Batu Karas yang jaraknya sekitar 5 Km untuk menikmati pemandangan pantai yang Indah. Di sekitar pantai terdapat banyak hotel untuk tempat menginap pengunjung pantai Batu Karas maupun pengunjung Green Canyon.

Di pantai Batu Karas tampak beberapa turis asing sedang asik berjemur di sinar mata hari maupun bermain selancar (surfing). Tak ketinggalan perahu pisang (banana boat) tersedia juga di pantai Batu Karas. Pantai selatan yang berombak besar memang sangat cocok untuk bermain selancar. Tempat penyewaan papan surfing maupun penyewaan tikar banyak terdapat di pinggiran pantai Batu Karas. Sembari menikmati panorama pantai kita bisa memesan makanan di warung yang banyak terdapat di pinggiran pantai. Sebelum kembali ke Jakarta jangan lupa membeli souvenir khas Pantai Pangandaran sebagai kenang-kenangan pernah mengunjungi tempat tersebut.
Di bawah gerimis air diterangi cahaya matahari yang masuk (Under drizzling enlightened by sunlight from the top)
                
_______________________________________________________________




GREEN CANYON PANGANDARAN


The famous tourist attractions that we often hear is the Grand Canyon. Grand Canyon is a canyon formed by river flow for hundreds of years and located in the state of Arizona, United States of America. While the Green Canyon is a tour to enjoy the clarity of the water that flows between the natural stone and is located in the district Cijulang, Pangandaran, West Java, Indonesia. If in the Grand Canyon there is a view of an arid and hot, but in the Green Canyon the view is cool and green scenery. The original attraction called Cukang Taneuh which means the land bridge. Green Canyon name was popularized by a man from France in 1993.


It will take 9 hours to reach Green Canyon or Cukang Taneuh by car from Jakarta via Ciamis, Banjar and Pangandaran. If we have enough money, we could fly by Susi Air from Halim Perdana Kusuma Airport Jakarta. The trip with Cessna Grand Caravan aircraft operated by Susi Air only takes 1 hour and the cost around Rp.900.000 (64 US$) per person. From the end of the runway airfield Nusawiru Pangandaran, Green Canyon is just 3 Km away.
 
It is recommended to go to Green Canyon during the dry season because the water is clearer than during the rainy season where the water is somewhat turbid. Enjoying Green Canyon trip begins with riding a motor boat  from the dock of Ciseureuh with a rate Rp.150.000 per boat. The boat can only be filled by 6 passengers. Initially the sights along the river is not special. Plants and bushes thrive on the riverside. The more we approach our destination, it seemed to be taken to another world. On the left and right view seen mossy black crag with clear green water underneath. The further the boat goes, the river narrowed to the point that the boat should alternate between the go and the return to pass through the corner with a boat traffic controller standing on a rock.
After a half hour riding a boat, we arrived at the entrance of Green Canyon. The boat deliver passenger at that point where the route blocked by rock, leaving only little space for the water to flow. Crowd, however, lies in the entrance area. There were photographed selfie and some are prepared to continue the journey with a float toward Pemandian Putri (Bathing place of Princess) who is said whoever bath in that place can be ageless. Most who went on the trip was the young people who were outbound with each group. Many foreign tourists who come into the tourist spot because of the charm and the beauty of the natural cave with stalactites and stalagmites with clear crystal rivers flow beneath it is difficult to be beaten.

The only way to go to Pemandian Putri (Bathing Place of Princess) is swimming in the river with a depth of 3 to 5 meters. At first, the writer somewhat hesitant because he can not swim. But if just arrived at the dock of Green Canyon will be useless to come far away from Jakarta. Finally the courage of writer arise after wearing life jacket and holding on a rope to pass through a heavy stream of water. Every few meters we stop to swim to take a rest in the rocks on the middle or on the edge of the river. Western tourist appeared in a bikini without using life jacket indifferently swimming and several times interrupted by jumping into the water from a big rock.

In Green Canyon there is a very big rock with height of 6 meters and is used as a place to test the courage to plunge from the top of the rock into the water. The place looks festive in the form of applause and shouts of encouragement so their friends are not fear to plunge into the water. Atmosphere of Green Canyon fairly bright due to the sunlight coming in through the cracks of the rocks on the roof. Splash water coming down from the top of the cliff gives serene atmosphere like falling drizzle. The atmosphere is very humid, cold and wet. If we assume, Green Canyon is a river in the cave where the roof partially collapse.

Because of tired to swim against the stream, the writer does not reach to the Pemandian Putri (Bathing Place of princess). It's time to get back to the boat by body rafting, which means floating by using river flows with the supine body. Each legs of participant stretched forward and front participant holds the legs of back participant. If on the way up was struggling against the stream, on the way back struggling  not to be swept away, especially when approaching the dock of Green Canyon. Several times the writer almost swept away but with energetically finally the writer arrived at the dock of Green Canyon.
 
Before we take a bath and change clothes, do not forget to give tips Rp.50.000 each person to the tour guide. Oddly, when we shower the water is little bit sticky and salty unlike in Green Canyon because the Ciseureuh dock is not far from the Pangandaran Beach. From Green Canyon we headed to the beach of Batu Karas located about 4 Km to enjoy the beautiful coastal scenery. Around the beach there are plenty of places to stay for visitors beach of Batu Karas and visitors of Green Canyon.

On the beach of Batu Karas appeared several foreign tourists sunbathing and surfing. The banana boat  is also available at the beach of Batu Karas. South Beach of Java with high wave is very suitable for surfing. The surf board rental and leasing mat is widely available on the seaside Batu Karas. While enjoying the panoramic view of the beach we could order food in the stalls in the seaside. Before returning to Jakarta do not forget to buy some souvenirs from Pangandaran as a remembrance if we ever visit the place.